28 Oktober 2007

MELIHAT KEMBALI ARAH GERAKAN POKJA-PENDIDIKAN GRATIS DIY

MELIHAT KEMBALI ARAH GERAKAN POKJA-PENDIDIKAN GRATIS DIY

oleh:

Unggul Sudrajat

Suka-Duka Perjalanan..

Satu tahun lebih POKJA-Pendidikan gratis DIY berdiri, suka-duka terasa mewarnai arah gerak lembaga yang konsen pada ranah pendidikan ini. Ya, kelompok Kerja (POKJA) Pendidikan Gratis DIY ini semenjak dideklarasikan tepatnya bulan Juli 2006 lalu telah banyak berkiprah dalam dunia pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini, wilayah wacana tentang pendidikan di DIY ini hingga advokasi pendidikan telah menjadi agenda yang konsen dibahas dan dilakukan di POKJA Pendidikan Gratis DIY.

Para pegiat POKJA Pendidikan Gratis DIY terdiri dari elemen-elemen masyarakat yang peduli terhadap masalah pendidikan. Elemen dari LSM, Gerakan Mahasiswa maupun individu-individu serta lembaga-lembaga yang saling mengikrarkan diri di dalam sebuah wadah perjuangan bersama yang disebut dengan POKJA Pendidikan Gratis DIY. Proses yang terbangun selama lebih dari satu tahun ini menjadi sebuah perjuangan yang sangat berharga bagi para pejuang yang berada di POKJA ini. Dimulai dari diskusi-diskusi ringan hingga seminar pendidikan dan aksi jalanan turut meramaikan gerakan POKJA Pendidikan. Tidak ketinggalan, Isu-isu yang berkembang diseputar dunia pendidikan menjadi bahan pendukung dan menarik untuk dikaji dan ditindaklanjuti. Dimulai dari kasus pungutan Mark-Up seragam pada waktu proses Penerimaan Siswa Baru (PSB) di SMAN 2 Bantul pada tahun 2006 yang sempat menjadi sorotan hangat di beberapa media massa baik lokal maupun nasional waktu itu. Booming dari kasus tersebut adalah sewaktu dilanjutkan hingga pelaporan ke Kepolisian Daerah (POLDA) DIY. Akan tetapi seperti retorika politik yang selalu terjadi, kasus tersebut hanya ditutup dengan ketidak jelasan akan siapa pihak yang salah dan bertanggung jawab dalam kasus Mark-Up seragam tersebut.

Dinas Pendidikan Bantul sebagai pihak yang seharusnya ikut bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dijajarannya ternyata berkilah bahwa tidak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh SMAN 2 Bantul. Proses intimidasi yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap siswa tidak lupa mewarnai jalannya pengusutan kasus tersebut. Akhirnya sebagai lembaga formal dan Institusi yang legal serta sah dimata hukum, posisi sekolah tersebut lebih kuat dibandingkan dengan posisi pelapor dari kawan-kawan Sapurrata ( Solidaritas Pelajar Peduli Orang Tua) bantul yang melakukan pelaporan. Bahkan salah seorang pengajar yang ikut melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang berwajib juga mendapat ancaman akan diberhentikan sebagai pengajar di sekolah tersebut. Setelah kasus itu mereda, muncul kebijakan proteksi yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap orang asing yang datang ke sekolah, bahkan terhadap alumni SMAN 2 Bantul sendiri.

Kasus SMAN 2 Bantul banyak memberikan pelajaran berharga bagi perjuangan POKJA Pendidikan kedepan. Belajar dari kasus tersebut, proses yang dibangun dalam menangani kasus-kasus seperti yang terjadi di SMAN 2 Bantul dilakukan dengan lebih terorganisir dan lebih matang.

Aksi jalanan menjadi salah satu cara perjuangan yang dilakukan di POKJA Pendidikan Gratis DIY. Semboyan “Berjuta kali turun Aksi, bagiku satu langkah pasti” menjadi jargon yang selalu mengiringi aksi-aksi POKJA Pendidikan di jalan. Dari jalanan hingga gedung dewan tidak pernah absent dalam aksi-aksi yang dilakukan oleh POKJA Pendidikan dalam menyuarakan aspirasi terhadap masalah pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tanggal 2 Mei selalu menjadi momentum besar yang digunakan POKJA untuk turun ke jalan. Dari Education For All (EFA) hingga pendidikan gratis menjadi tema orasi-orasi yang dilakukan dalam aksi. Tidak kurang dari seratus orang lebih turun kejalan sewaktu peringatan hari pendidikan nasional 2 Mei 2007 kemarin, dengan rute aksi Depan UII Jl.Cik Di Tiro-SMP 5 Yogyakarta-SMA 3 Yogyakarta-DPRD DIY dan terakhir perempatan Kantor Pos besar.

Agenda pun terus berlanjut dengan tambahan tenaga dari Voulonter-voulonter baru yang bergabung di POKJA Pendidikan Gratis DIY. Hearing dan road show ke beberapa daerah, misalnya ke Sukoharjo dalam rangka studi banding masalah penerapan pendidikan Gratis membawa hasil yang memuaskan dalam pembahasan rancangan pendidikan gratis di DIY. Atas dasar itu kemudian mencullah wacana untuk membuat buku sebagai media sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat. Dalam buku tersebut POKJA Pendidikan tidak hanya berwacana dalam wilayah pikiran akan tetapi juga menuliskan dalam bentuk hitungan dan kalkulasi anggaran yang dibutuhkan dari APBD untuk mewujudkan pendidikan gratis di DIY. Setelah perjuangan panjang akhirnya terbitlah buku kuning MENUJU PENDIDIKAN GRATIS DIY. Landasan filosofis, ideologis dan yuridis tidak lupa dituangkan dalam buku tersebut yang memperkaya khasanah penulisan dan materi dalam buku tersebut. Bertepatan dengan peluncuran tersebut adalah saat dimulainya Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) DIY 2007. Lagi-lagi POKJA Pendidikan terpanggil untuk mengawasi dan memantau jalannya proses PPDB/PSB DIY tahun ajaran 2007/2008. Atas dasar itu, maka dibentuklah Posko-posko pemantauan PPDB/PSB DIY yang didirikan di seluruh kabupaten dan kota di DIY. Posko-posko tersebut didirikan diantaranya di kabupaten Bantul tepatnya di depan masjid Agung Manunggal Bantul (rencana semula juga akan didirikan di depan kampus ISI, akan tetapi karena kurangnya SDM yang akan berjaga di Posko maka tempat tersebut ditiadakan), Sleman di lapangan Denggung Sleman, Kulonprogo di Sekretariat JAMAS P2KP, Gunung kidul di depan alun-alun Gunungkidul dan terakhir di depan SMP 5 yogyakarta( Sedianya di kota Yogyakarta akan didirikan 2 posko, satu posko di depan SMP 5 Yogyakarta dan satunya lagi bunderan UGM, akan tetapi karena keterbatasan SDM dan ke-efisienan SDM yang akan bermobilisasi maka posko hanya didirikan di depan SMP 5 yogyakarta).

Hasil yang dicapai sangat memuaskan dari sepuluh hari perjalanan Posko. Sebanyak 120 aduan masuk di seluruh posko dengan posko kota sebagi penyumbang terbesar banyaknya aduan yang masuk. Proses penyampaian masalah aduan dari masyarakat terkait besarnya biaya sumbangan yang harus dibayarkan oleh orang tua wali murid kepada pihak sekolah, biaya uang seragam, besaran kuota pendaftaran dari luar kota ke kota hingga bermasalahnya Kartu Menuju Sejahtera (KMS) terus dilakukan POKJA Pendidikan Gratis kepada pihak maupun Instansi terkait. Dinas pendidikan, baik propinsi maupun kabupaten kemudian kalangan DPRD baik propinsi maupun kabupaten dan juga Dewan pendidikan Propinsi maupun kabupaten menjadi partner dalam proses pengawalan dan pemantauan PPDB/PSB DIY.

Ada banyak janji-janji yang dilontarkan oleh para stake holder pendidikan tersebut. Dimulai dengan pernyataan dengan”Iya, akan kami tindak lanjuti aduan yang telah saudara berikan, hingga Ah!, itu berita tidak benar!Sekolah kami tidak melakukan hal tersebut!” seakan menjadi retorika jawaban yang membosankan dalam setiap pertemuan dengan instasi terkait tersebut.

Proses pelaporan yang dilakukan oleh POKJA Pendidikan Gratis ternyata mempunyai dampak yang signifikan dalam proses PPDB/PSB. Terbukti dengan adanya posko dan laporan yang hampir setiap hari di blow-up oleh media mampu memberi efek jera terhadap sekolah-sekolah yang nakal. Sekolah-sekolah yang biasa melakukan pungutan liar menjadi agak lebih lunak dan hati-hati dalam melakukan penarikan. Mereka memilih untuk melakukan penarikan 2 bulan pasca siswa diterima sesuai dengan Peraturan Gubernur (PERGUB) No. 7 tahun 2007. Dan untuk sementara suasana menjadi relatif tenang …

Dimana POKJA Pendidikan Gratis DIY?

Masa tenggang 2 bulan telah berlalu hingga tulisan ini dibuat. Janji yang dulu selalu didengung-dengungkan oleh para Stake holder pendidikan DIY sampai hari ini belum begitu memberikan hasil yang signifikan dalam proses penanganan aduan dari masyarakat terkait masalah PPDB/PSB. Penarikan uang seragam dan sumbangan bagi sekolah yang belum dilaksanakan pada 2 bulan lalu sekarang telah dilakukan dan seolah-olah hal ini dibiarkan saja tanpa ada tindak lanjut maupun pengawasan yang dilakukan oleh Instansi berwenang dalam hal ini Dinas Pendidikan dan instansi-instansi terkait maupun oleh POKJA Pendidikan Gratis DIY.

POKJA Pendidikan Gratis DIY? Ya!.Dimana semangat POKJA yang dulu begitu bersemangat dalam mewacanakan masalah beserta isu-isu pendidikan? Mana realisasi janji untuk terus melakukan pengawasan dan pemantauan proses PPDB/PSB hingga 2 bulan kedepan? Mungkin pertanyaan-pertanyaan inilah yang dilontarkan oleh masyarakat yang dengan harapan pasti masih menanti gerak langkah POKJA dalam menyikapi masalah ini. Beberapa waktu lalu di harian Kedaulatan Rakyat ditulis tentang mahalnya biaya uang sumbangan biaya gedung sekolah dan uang seragam yang harus dibayarkan oleh orang tua kepada pihak sekolah. Contoh kasus berada di SD Serayu dan SMP 5 Yogyakarta yang oleh Dinas Pendidikan hal itu dianggap wajar karena waktu pemungutan telah sesuai dengan Peraturan Gubernur No.7 tahun 2007.

Mari Bergerak dan Bersatu!

Wacana diatas menjadi keprihatinan dalam arah gerakan POKJA pendidikan Gratis DIY. Perlu segera dilakukan Re-Sceduling kembali agenda-agenda POKJA Pendidikan Gratis DIY agar tidak terjadi Dis-Orientasi gerakan POKJA kedepan. Selain itu perlu dibangun kembali proses-proses komunikasi dean koordinasi di tingkatan internal POKJA sendiri agar tidak terjadi Dis-Komunikasi sehingga agenda yang telah disusun dan disepakati bersama dapat segera terlaksana. Kurangnya komunikasi yang terjadi antara lembaga di tingkatan Internal POKJA harus segera dibenahi dan ditata ulang kembali. Bila memungkinkan Musyawarah Besar POKJA Pendidikan Gratis DIY perlu dilakukan sebagai awalan untuk melakukan pembenahan ditingkatan internal. Harapannya dalam MUBES tersebut dapat diangkat permasalahan-permasalahan yang menjadi ganjalan dalam perjuangan POKJA Pendidikan. Jangan sampai ada permasalahan-permasalahan yang dibiarkan berlarut-larut di dalam wilayah hubungan internal antar lembaga yang tergabung di POKJA Pendidikan. Karena hal-hal inilah yang nantinya bisa merusak hubungan dan perjuangan bersama di dalam memperjuangkan pendidikan gratis Daerah Istimewa Yogyakarta.

Semoga apa yang ditulis ini dapat menjadi semangat dan tenaga baru bagi perjuangan POKJA Pendidikan Gratis DIY kedepannya.

Berikut saya kutip pernyataannya Rich De Vos;

Tidak cukup bila kita berpikir tentang kepedulian sosial, Kita harus bertindak dengan penuh kepedulian sosial”.

Saatnya bergerak, Mari bangun perubahan demi terwujudnya Pendidikan Gratis DIY yang berkualitas..

Salam Pembebasan,

Salam Pendidikan Gratis..

Hidup Rakyat Indonesia!!..

Yogyakarta, 7 Oktober 2007

Unggul Sudrajat

01 Oktober 2007

Undangan Pertemuan Pokja Pendidikan Gratis dan Buka Puasa

Kepada Teman2 Pokja Pendidikan Gratis,

Melanjutkan agenda pertemuan sebelumnya di GMNI, mengundang pertemuan kembali kawan2 untuk konsolidasi Pokja dan Buka Puasa Bersama pada:


Hari, tgl : Rabu, 3 Oktober 2007
Tempat: LOD DIY
Jl. Tentara Zeni Pelajar No. 1A Pingit Kidul Yogyakarta
Waktu: 15.30 WIB - Magrib.

Demikian Tlg disebarluaskan,